Selamat Datang di MKI

Majelis Keluarga Islami merupakan majelis keilmuan yang mengutamakan betapa pentingnya berilmu dalam memahami Islam yang sesungguhnya. Bukan Islam apa adanya. Selain itu, Insya Allah, MKI menjadi jalan dakwah bagi sahabat-sahabat yang ingin menunjukkan betapa Indahnya Islam, sebagai agama rahmatan lil 'alamin.

Jumat, 16 September 2011

Silaturahim Pasangan Sehati


Assalamu’alaikum wr.wb.

Sahabat-sahabat anggota Sehati dari seluruh angkatan, khusus yang sudah menikah, lebih khusus lagi yang proses ta'arufnya lewat Sehati, jika tidak keberatan, mohon mengirim

Nama lengkap Suami dan Istri lewat SMS ke 0838 952 63539.

Kami, Bang Rico dan Teh Riri, ingin terus menjalin silaturahim diantara kita. "Karena tidak akan masuk surga orang yg memutus silaturahim".  Niat tulus silaturahim ini, juga untuk keperluan DATABASE PROGRAM SEHATI yang sekarang di bawah Majelis Keluarga Islami (MKI).

Pasangan Sehati yang proses ta'arufnya tidak lewat Sehati juga boleh gabung. Pasangan bukan anggota Sehati, tapi proses ta'aruf di Sehati, juga boleh gabung. Jazakumullah khoiron katsiiroo.

AYO ERATKAN DAN KUATKAN SILATURAHIM!!!

Wassalamu’alaikum wr.wb.
Rico Atmaka – Koordinator MKI

Selasa, 13 September 2011

Undangan Silaturahim MKI

Assalamu'alaikum wr.wb.
Sahabat, MKI mengundang seluruh anggota Sehati dari semua angkatan dan juga jamaah kajian MKI, pada acara Silaturahim MKI, yang Insya Allah diselenggarakan pada :
Ahad, 18 September 2011, jam 09.30 - 12.00 WIB
Di Mesjid Baitussalam, Komp Paspampres, Kp Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Silakan membawa konsumsi masing-masing, kita saling berbagi untuk mempererat silaturahim sekaligus halal bi halal dan kajian bersama Ustadz Yeri/Umi Eba. Ajak juga sahabat yang lain.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Rico Atmaka - Koordinator

Senin, 12 September 2011

Aku Memang Pria Biasa



Sahabatku, ketika aku putuskan untuk menikah, aku memang pasrah dengan segala ketentuan dari Sang Maha Pencipta. Sekuat tenaga aku tidak ingin mengatur ataupun ikut campur apa yang menjadi peraturan Allah. Aku kurangi sebanyak mungkin kriteria wanita yang akan menjadi istriku. Paling tidak, kriteria agama menjadi dasar utama pilihanku.

Saat itu, sepertinya Allah menjawab doaku, dengan membisikkan lewat hatiku, sebuah ketetapan yang membuat aku sangat terkejut. Bisikan itu mengatakan, sebaiknya aku memilih wanita yang sedang berada di hadapanku sebagai calon pendamping hidup. Bimbang? Jelas aku bimbang. Karena rasanya, waktu itu, wanita yang ada di depanku belum sesuai dengan harapanku. Kemudian belum sempat aku berpikir panjang, aku sudah dihadapkan pada wanita lain, yang memiliki kelebihan fisik dibanding wanita yang pertama. Hatiku menjadi sangat bimbang.

Aku memang pria biasa. Kalau kuturuti hawa nafsuku, jelas, aku menginginkan wanita yang kedua. Namun Allah berkehendak lain. Aku tetap dipertemukan dan “diproses” oleh Allah dengan wanita pertama. Saat aku meminang dia, hatiku terus berkata, Ya Allah, benarkah ini yang terbaik menurut Engkau?

Aku memang pria biasa. Aku sempat merasa takut, bagaimana kalau dia tidak sesuai harapanku? Bagaimana kalau dia....? Dan seribu bagaimana, menyerang pikiranku. Dan aku tetap bertanya, Ya Allah, benarkah ini yang terbaik menurut Engkau? Hingga menjelang pernikahanku dengan dia, pertanyaan itu terus muncul.

Aku memang pria biasa. Kalau mau jujur, wanita yang sekarang menjadi ibu anak-anakku, memang tidak sesuai dengan kriteria calon istri yang dulu pernah aku miliki. Bahkan setahun setelah kami menikah, pertanyaan, Ya Allah, benarkah ini yang terbaik menurut Engkau?, masih muncul juga. Karena begitu banyak hal yang tidak sesuai dengan harapanku, dipertunjukkan oleh Allah. Alhamdulillah, aku menyikapi dengan menganggapnya sebagai teguran langsung dari Sang Maha Penentu Jodoh.  Bahwa untuk menghadapi itu semua, aku harus berilmu. Karena memang aku masih kurang banyak ilmu.

Aku memang pria biasa. Tapi aku yakin Allah telah memberikan kepadaku, seorang wanita yang sangat luar biasa. Begitu luar biasanya dia, aku menganggapnya sebagai My Wonder Woman. Sempat terlintas dalam pikiranku, seandainya dulu aku tidak memilih dia, belum tentu aku menjalani hidup seperti sekarang ini. Sehingga ketika pertanyaan yang sama muncul lagi, Ya Allah, benarkah ini yang terbaik menurut Engkau? Aku menjawabnya dengan, Terima kasih Allah, benar, inilah yang terbaik menurut Engkau.  Dengan terus bersyukur, bersabar dan berilmu, Insya Allah, aku sudah mendapatkan wanita seperti yang aku inginkan.

Sahabatku, doakan kami, agar dapat terus istiqomah dalam perjuangan membela agama Allah. Jazakallah khoiron katsiiroo

Jakarta, Senin, 30 April 2007
Rico Atmaka – 08158018156 / 08999987000
Koordinator Program Sehati
Majelis Keluarga Islami

Sesungguhnya Allah Tidak Rumit


Sahabatku, hal-hal yang pertama kali aku bayangkan ketika memutuskan untuk segera menikah, adalah masalah gedung, masalah biaya pesta, masalah keranjang-keranjang hantaran, dan masalah tradisi upacara pernikahan. Sementara hal-hal yang syariat, hampir terlewatkan. Sehingga waktu itu aku sering merasa pusing memikirkan pernikahan. Bahkan aku sempat mengira, mengapa pernikahan begitu rumit dan memusingkan? Belum lagi soal jodoh yang tak kunjung tiba. Rasa pusingku semakin bertambah.

Ternyata yang membuat rumit, tidak lain adalah diriku sendiri. Lalu kucari ilmunya, dan akhirnya kudapat setitik petunjuk yang membuka pikiranku bahwa Sesungguhnya Allah Tidak Rumit. Namun kadang-kadang hamba-Nya sendiri yang membuat rumit. Sehingga semuanya terasa sulit. Padahal sangat mudah untuk berkelit.

Aku niatkan dan tekadkan untuk menikah dengan mengambil jalan yang sesuai syariat, yang ternyata tidak rumit. Masalah gedung? Memangnya menikah harus di gedung? Ah, tidak harus. Maka aku mohon kepada Allah Yang Maha Memudahkan Segalanya, agar mengijinkan aku menikah di rumah-Nya yang suci.

Masalah biaya pesta? Bukankah Rasul Muhammad SAW mencontohkan pesta yang sederhana walaupun dengan hanya seekor kambing? Lalu mengapa aku harus memikirkan pesta mewah? Yang penting ada makanan yang dibagi. Maka aku mohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, agar para tamu yang aku undang, tidak merasa kecewa dengan makanan sederhana yang kubagikan pada pernikahanku.

Masalah hantaran? Waktu itu, wanita yang menjadi calon istriku tidak meminta hantaran sedikit pun. Namun Alhamdulillah, semua saudaraku menyediakan hantaran-hantaran, tanpa uang sedikitpun keluar dari sakuku. Betapa Allah Maha Penyayang dan Pengasih.

Masalah tradisi? Memangnya lebih penting mana, tradisi atau syariat? Masa sih, syariat harus kalah dengan tradisi? Syariat, Allah yang membuat. Sedangkan tradisi, manusia yang membuat bahkan tidak jelas asal-usulnya. Jadi aku pilih syariat-Nya saja. Dan ternyata syariat Allah, jauh lebih mudah, ringan dan praktis. Kalau boleh aku menyimpulkan, menikah itu mudah sekali. Karena Ternyata Allah Tidak Rumit. Allah sudah berjanji akan menolong hamba-Nya yang ingin menikah. Dan Allah tidak pernah ingkar janji, selama kita mengikuti cara-cara-Nya.

Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu allahu akbar.

Jakarta, 4 Juni 2007
Rico Atmaka – 08158018156 / 08999987000
Koordinator Program Sehati
Majelis Keluarga Islami